1.
Jelaskan bagaimana audit social independen dan mekanisme perlindungan
formal dapat mendorong perilaku etis?
JAWAB :
Audit Sosial Independen
Audit social independen yang
mengevaluasi keputusan dan praktik manajemen berdasarkan kode etik perusahaan,
meningkatkan kemungkinan rasa takut terungkap. Audit itu dapat berupa evaluasi
rutin yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Mekanisme Perlindungan Formal
Organisasi disarankan menyediakan
mekanisme formal untuk melindungi karyawan yang mengalami dilema etis agar
mereka dapat melakukan hal yang benar tanpa merasakan takut akan dipermalukan
di depan umum.
2. Jelaskan tahapan pengembangan moral Lawrence kohlberg
!
JAWAB :
- Perkembangan Moral menurut Lawrence Kohlberg
Kohlberg
mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori Piaget, yaitu dengan
pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkem-bangan yang memiliki urutan
pasti dan berlaku secara universal). Selain itu Kohlberg juga menyelidiki
struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral (moral behavior).Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral
seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan
oleh Lawrence Kohlberg. Teori ini
berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai
enam tahapan perkembangan yang
dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring
penambahan usia yang semula diteliti Piaget,yang menyatakan bahwa logika dan
moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas
pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada
prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama
kehidupan,walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari
penelitiannya. Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam
penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi
tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama.
- Tahap – tahap perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Dalam penelitiannya Lawrence Kohlberg berhasil
memperlihatkan 6 tahap dalam seluruh proses berkembangnya pertimbangan moral
anak dan orang muda. Keenam tipe ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap
Piaget/Dewey dan menjadikannya tiga “tingkat” yang masing-masing dibagi lagi
atas 2 “tahap”. ketiga “tingkat” itu adalah tingkat prakonvensional,
konvensional dan pasca-konvensional.
Tahap prakonvensional sering kali
berperilaku “baik” dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik dan
buruk, namun ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman,
ganjaran kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka yang mengadakan
peraturan dan menyebut label tentang yang baik dan yang buruk. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak
yang berusia empat hingga sepuluh tahun.
Tingkat kedua atau tingkat konvensional
juga dapat digambarkan sebagai tingkat konformis, meskipun istilah itu
mungkin terlalu sempit. Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga,
kelompok atau bangsa, dan dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya,
tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Individu tidak hanya berupaya
menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan,
mendukung dan membenarkan tatanan sosial itu.
Tingkat pasca-konvensional
dicirikan oleh dorongan utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri,
yang memiliki validitas dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok
atau pribadi-pribadi yang memegangnya dan terlepas pula dari identifikasi si
individu dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. Pada tingkat
ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral
yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok atau
orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu.
Pada tingkat prakonvensional kita menemukan:
Tahap I
Orientasi hukuman dan kepatuhan: Orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tak
dipersoalkan terhadap kekuasan yang lebih tinggi. Akibat fisik tindakan, terlepas
arti atau nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan sifat buruk dari
tindakan ini.
Tahap 2
Orientasi relativis-intrumental: Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara
instrumental memuaskan kebutuhan individu sendiri dan kadang-kadang kebutuhan
orang lain. Hubungan antarmanusia dipandang seperti hubungan di tempat umum.
Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal-balik, dan persamaan pembagian, akan
tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis, timbal-balik
adalah soal ”Jika anda menggaruk punggungku, nanti aku akan menggaruk
punggungmu”, dan ini bukan soal kesetiaan, rasa terima kasih atau
keadilan.
Pada tingkat konvensional kita menemukan:
Tahap 3
Orientasi kesepakatan antara pribadi atau Orientasi ”Anak manis”: Orientasi ”anak manis”.
Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau membantu orang lain,
dan yang disetujui oleh mereka. Terdapat banyak konformitas dengan
gambaran-gambaran stereotip mengenai apa yang diangap tingkah laku mayoritas
atau tingkah laku yang ’wajar’. Perilaku kerap kali dinilai menurut niat,
ungkapan ”ia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting dan
digunakan secara berlebih-lebihan. Orang mencari persetujuan dengan berperilaku
”baik”.
Tahap 4
Orientasi hukum dan ketertiban: Orientasi kepada otoritas, peraturan yang pasti
dan pemeliharaan tata aturan sosial. Perbuatan yang benar adalah menjalankan
tugas, memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata
aturan sosial tertentu demi tata aturan itu sendiri. Orang mendapatan rasa
hormat dengan berperilaku menurut kewajibannya.
Pada tingkat pasca-konvensional kita melihat:
Tahap 5
Orientasi kontrak sosial legalistis: Suatu orientasi kontrak sosial,
umumnya bernada dasar legalistis dan utilitarian. Perbuatan yang benar
cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama dan ukuran-ukuran yang telah
diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat suatu kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai-nilai
dan pendapat-pedapat pribadi serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai
untuk mencapai kesepakatan. terlepas dari apa yang disepakati secara
konstitusional dan demokratis, yang benar dan yang salah merupakan soal ”nilai”
dan ”pendapat” pribadi. hasilnya adalah suatu tekanan atas ”sudut pandangan legal”,
tetapi dengan menggarisbawahi kemungkinan perubahan hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai kegunaan sodial dan bukan membuatnya beku dalam
kerangka ”hukum dan ketertiban” seperti pada gaya tahap 4. Di luar bidang
legal, persetujuan dan kontrak bebas merupakan unsur-unsur pengikat unsur-unsur
kewajiban. Inilah moralitas ”resmi” pemerintahan Amerika Serikat dan
mendapatkan dasar alasannya dalam pemikiran para penyusun Undang-Undang.
Tahap 6
Orientasi Prinsip Etika Universal: Orientasi pada keputusan suara hati dan pada
prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemaham logis,
menyeluruh, universalitas dan konsistensi. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak
dan etis (kaidah emas, kategoris imperatif). Prinsip-prinsip itu adalah prinsip-prinsip
universal mengenai keadilan, timbal-balik, dan persamaan hak asasi manusia,
serta rasa hormat terhadap martabat manusia sebai person individual.
·
Contoh Tahap –
tahap perkembangan moral menurut Lawrence Kohlberg
Tahap 1
Orientasi hukuman dan kepatuhan
1.
Ketika seorang
siswa harus mematuhi perintah dari gurunya agar tidak mendapatkan hukuman.
2.
Seorang siswa
rajin belajar agar dia bisa menjadi seorang juara kelas.
3.
Seorang siswa
akan rajin belajar agar mendapat nilai bagus dan maksimal karena orang tua
menjanjikan sebuah hadiah ketika ia menjadi juara.
4.
Seorang anak
tidak mau berkelahi dengan temannya karena jika berkelahi akan diberi sanksi
oleh ibunya.
5.
Agar tidak dihukum oleh ayahnya, seseorang anak atau remaja menurut patuh
terhadap perintah orang tuanya walaupun ia tidak senang,contohnya tidak boleh pulang pulang terlalu larut.
Tahap 2
Orientasi relativis-intrumental
1. Anak aktif sesuai anjuran guru agar dipuji.
2.
Seorang siswa
mempunyai sebuah pekerjaan rumah dari gurunya dia meminta kakaknya untuk
membantunya dan jika kakak membantunya dia akan membantu kakaknya membersihkan
pekerjaan rumah.
3.
Tetap melakukan
keinginan yang ada pada dirinya walau dilarang oleh orang tua karena itu
merupakan potensinya namun tetap menghargai pendapat orang tua contohnya
seorang anak mengikuti kegiatan disanggar tari karena itu merupakan potensinya
namun karena dilarang oleh orang tua sebab sering pulang larut sehingga dia
mngikuti kegiatan tari tesebut namun dia tetap pulang lebih awal.
4.
Dalam melakukan
atau memberikan sesuatu kepada orang lain, bukan rasa terima kasih atau sebagai
curahan kasih sayang, tetapi bersifat pamrih. Contohnya kegiatan jual beli.
5.
Siswa akan
membayar uang sekolah dan mereka berhak menerima apa yang telah menjadi hak
mereka seperti.
Tahap 3
Orientasi kesepakatan antara pribadi atau Orientasi ”Anak manis”
1.
Seorang anak
ikut membantu kerja bakti didesanya agar warga sekitar berpandangan baik
padanya.
2.
Berperilaku
sopan dan santun kepada yang lebih tua.
3.
Seorang anak
selalu mengutamakan rasa kebersamaan dengan sahabat baiknya jika sahabatnya
sedih maupun senang terkesan dengan sahabat sejati
4.
Agar anak
dikatakan sebagai anak yang baik, maka anak mengambil standar moral yang
diberlakukan oleh orang tuanya. Seperti bangun lebih awal ketika hari libur untuk
membantu pekerjaan rumah sang ibu.
5.
Selalu ramah
kepada para tetangga untuk lebih menjalin rasa persaudaraan seperti sering
mengantarkan makanan, mengunjungi rumahnya.dll
Tahap 4
Orientasi hukum dan ketertiban
1.
Dalam
ketertiban lalu lintas dianjurkan menggunakan helm SNI dan membawa SIM untuk
ketertiban bersama.
2.
Seorang siswa
harus mematuhi tata tertib disekolah. Contoh : memakai seragam lengkap dalam
upacara bendera.
3.
Untuk menjaga
keamanan dan ketertiban dilingkungan seorang yang berkunjung lebih dari 24 jam
atau menginap wajib untuk melapor pada RT atau RW setempat.
4.
Tertib dalam
administrasi yang menyangkut kepentingan bersama. Contohnya membayar pajak ,
lisrik dan tagihan lain tepat waktu.
§ Aparatur polisi menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai penjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang telah dibuat dan disepakati bersama.
Tahap 5
Orientasi kontrak sosial legalistis
1.
Seorang warga
aktif dalam mengikuti kegiatan siskamling dengan harapan lingkungan yang dia
tinggali aman, nyaman dan tentram.
2.
Seorang
mahasiswa mengerjakan tugas dari dosen selain untuk memenuhi kewajibannya
sebagai mahasiswa dia juga berharap untuk dapat memperoleh hasil study yang
bagus.
3.
Ikut bergotong
royong dilingkungan desa contohnya ketika seorang warga mempunyai hajat dia
turut membantu dengan harapan jika suatu saat dia membutuhkan maka warga yang
lain akan turut membantu.
4.
Melaksanakan
kegiatan adat di desa masing – masing agar tidak dikucilkan oleh masyarakat dan
menjadi sebuah kenyamanan bersama.
5.
Melakukan jumat
bersih disekolah bagi semua warga sekolah sehingga kondisi belajar mengajar
jadi lebih nyaman.
Tahap 6
Orientasi Prinsip Etika Universal
1.
Seorang suami
yang tidak mempunyai uang boleh jadi dia akan mencuri untuk membeli obat untuk
keselamatan nyawa istrinya dengan keyakinan menyelematkan kehidupan seseorang
merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi dari pada mencuri.
2.
Dalam sebuah
diskusi untuk mencapai musyawarah mufakat kita senantiasa menghormati
pendapat orang lain walaupun bertentangan dengan hatinurani kita.
3.
Seorang hakim
harus yang memberikan vonis kepada suatu perkara sesuai ketentuan hukum
walaupun bertentangan dengan hati nuraninya.
4.
Melaksanakan
keputusan hasil musyawarah dengan baik dan benar walaupun tidak sesuai dengan
hati kita namun karena karena telah menjadi kepusan bersama tetap kita harus
menjalankannya.
5.
Ketika
mendapatkan tugas mendadak diskusi dengan lawan jenis dan tugas itu harus
dikumpulkan keesokan harinya, dan kita mengerjakan bersama hingga larut malam
niat kita baik untuk mengerjakan tugas namun dimata masyarakat itu pasti
dinilai kurang baik.
3. Jelaskan pendekatan ‘wortel &
tongkat’ atau the carrot and stick concept !
JAWAB :
Teori wortel dan tongkat tentang motivasi (seperti
teori fisika Newton) berlaku dengan baik di bawah situasi tertentu. Alat pemuas
kebutuhan psikologi manusia dan dalam batas tertentu kebutuhan keamanan dapat
disediakan atau tidak diberikan oleh manajemen. Pekerjaan itu juga merupakan
alat demikian juga uaph kerja, kondisi kerja dan keuntungan. Dengan alat-alat
tersebut individu dapat dikendalikan selama dia berusaha untuk mencari nafkah.
Tetapi teori wortel dan tongkat tidak berlaku sekaligus jika seseorang
telah mencapai level penghidupan yang cukup dan termotivasi akan kebutuhan pada
level yang lebih tinggi. Manajemen tidak dapat menyedia kanrasa hormat pada
diri untuk seseorang, atau rasa hormat dari kelompoknya atau pemuasan kebutuhan
akan pemenuhan diri. Ini dapat menciptakan suatu kondisi dimana dia didorong
untuk mencari pemuasan bagi dirinya sendiri atau ini dapat menghalanginya
dengan gagalnya terciptanya kondisi itu.
Tetapi penciptaan kondisi tersebut bukanlah kendali. Ini bukanlah
alat yang bagus untuk mengarahkan perilaku. Dan sehingga manajemen
menemukan dirinya pada posisi yang ganjil. Standar kehidupan tinggi yang
diciptakan oleh teknologi modern menyediakan pemenuhan kebutuhan psikologi dan
kebutuhan keamanan secara mencukupi. Pengecualian yang cukup signifikan adalah
dimana praktek manajemen tidak dapat menciptakan kepercayaan diri—dan maka dari
itu kebutuhan keamanan terhalangi. Tetapi dengan membuat pemuasan yang memungkinkan
akan kebutuhan level rendah, manajemen menghalangi dirinya sendiri terhadap
kemampuan untuk menggunakan hal-hal yang dipercaya oleh teori
konvensional—penghargaan, janji, insentif atau ancaman dan alat pemaksa
lainnya—sebagai motivator.
Filosofi manajemen tentang arahan dan kendali—dengan mengabaikan keras atau
lemahnya—tidaklah cukupuntuk memotivasi karena kebutuhan manusia yang
menggunakan pendekatan ini sekarang menjadi motivator perilaku yang tidak
penting. Arahan dan kendali menjadi tidak berfungsi dalam memotivasi
orang-orang yang kebutuhan pentingnya adalah kebutuhan sosial dan egoistis.
Pendekatan keras maupun lemah gagal karena tidak lagi relevan dengan situasi
sekarang.
Orang-orang yang kehilangan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan yang penting
bagi diri mereka di tempat kerja berlaku tepat seperti yang diperkirakan—dengan
kemalasan, sikap pasif tidak mau berubah, kurang bertanggung jawab, kemauan
mengikuti peminpin, permintaan tak beralasan akan keuntungan ekonomis. Hal ini
akan membuat kita terlihat terjebak dalam jaring yang kita buat sendiri.
4. carilah beberapa contoh perilaku
tidak etis(min 5)?
JAWAB :
1. penjualan
produk ke luar negeri yang sudah terbukti merusak kesehatan dan tidak diperbolehkan
didalam negeri
2. perusahaan
makanan bayi yang memaksakan suatu formula bagi bayi dibanyak negara miskin
sementara air susu ibu akan lebih sehat bagi bayi
3. mengambil
barang-barang kantor untuk dibawa pulang
4. berbohong
dengan alasan sakit untuk menutupi pekejaan yang tidak beres
5. perusahaan
membayar upah pekerja yang rendah dibeberapa negara berkembang untuk membuat
sepatu mereka yang berharga tinggi
6. penipuan
produk yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan
7. penjualan
produk yang sudah kadarluwarsa
5.
apa yang dimaksud dengan :
a.
penyimpang ditempat kerja
b.
penyimpang hak
milik
c.
penyimpang politik
d.
penyimpang produksi
JAWAB :
a.
Penyimpangan Di Tempat Kerja
Penyimpangan di tempat kerja adalah perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma organisasi mengenai benar atau salah. Terdapat 4 jenis penyimpangan di tempat kerja
Penyimpangan di tempat kerja adalah perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma organisasi mengenai benar atau salah. Terdapat 4 jenis penyimpangan di tempat kerja
b.
Penyimpangan hak milik.
Perilaku tidak etis terhadap harta milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau merusak peralatan, mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil kelebihannya, menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
Perilaku tidak etis terhadap harta milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau merusak peralatan, mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil kelebihannya, menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
c.
Penyimpangan politik
Yaitu menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang lain dalam perusahaan. Misalnya: mengambil keputusan berdasarkan pilih kasih dan bukan kinerja, menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh orang lain atas kesalahan yang tidak dibuat.
Yaitu menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang lain dalam perusahaan. Misalnya: mengambil keputusan berdasarkan pilih kasih dan bukan kinerja, menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh orang lain atas kesalahan yang tidak dibuat.
d.
Penyimpangan produksi
Perilaku tidak etis dengan merusak mutu dan jumlah hasil produksi. Misalnya: pulang lebih awal, beristirahat lebih lama, sengaja bekerja lamban, sengaja membuang-buang sumber daya.
Perilaku tidak etis dengan merusak mutu dan jumlah hasil produksi. Misalnya: pulang lebih awal, beristirahat lebih lama, sengaja bekerja lamban, sengaja membuang-buang sumber daya.